Sabtu, 25 Maret 2017

Pergi ke Pulau Batam



Saya akan menceritakan beberapa pengalaman saya saat ke Pulau Batam, Kepulauan Riau bersama dengan seluruh keluargaku pada akhir bulan Desember 2016.
            Pada akhir bulan Desember 2016, adik-adik saya sedang ada jadwal liburan di akhir semester ganjil. Sebenarnya saya sedang tidak ada libur saat itu karena baru selesai mengerjakan UTS dan ada jadwal praktikum di Universitas Gunadarma pada awal Januari. Dan pada liburan itu, ayah mengajak kami sekeluarga mengisi kegiatan liburan itu ke Pulau Batam, Kepulauan Riau. Bimbang saya saat itu memutuskan ikut ke Batam atau tidak, namun saya memilih ikut saja ke Batam daripada saya melewatkannya dan kapan lagi bisa kesana bersama-sama keluarga. Waktu saya kecil tepatnya berumur 3 tahun, saya sudah pernah menginjakkan kaki di Batam saat ayah saya masih bekerja disana. Niatku untuk kesana lagi akhirnya terwujud setelah kami semua liburan kesana sekaligus ke tempat mesh ayah kami. Saya ingin merasakan di Batam lebih lama karena saat masih kecil, saya belum tau apa-apa dengan lingkungan disana. Yang ku ingat dulu di Batam masih banyak tanahnya yang luas, danaunya terdapat banyak ikan dan jauh sekali dari kata macet.
         Hari itu telah tiba, kami sudah mempersiapkan segala barang-barang bawaan kami dan kami sekeluarga sudah siap untuk berwisata ke Pulau Batam, Kepulauan Riau. Saya rindu dengan keadaan di Batam saat itu yang masih asri dan terawat lingkungannya, berharap keadaannya masih sama seperti dahulu saat saya masih kecil. Kami sekeluarga kesana dengan naik pesawat terbang Air Asia. Kami dari rumah diantar dengan saudara saya naik mobil sampai bandara Soekarno Hatta. Saat itu kami berangkat dari rumah sekitar pukul 06.30 WIB. Kami berangkat pagi dengan tujuan supaya lebih lama menikmati liburan di Batam. Pada pagi itu, kami berangkat ke bandara Soekarno Hatta. Saat itu jalanan sangat lancar dan masih sepi sekali karena masih pagi dan kami berangkat pada hari Minggu. Sesampainya di bandara Soekarno Hatta, kami langsung berpamitan kepada saudara saya.
          Kami langsung memasuki loket Air Asia. Setelah itu, kami mengantri untuk masuk lalu menaruh semua barang bawaan kami termasuk HP di papan berjalan untuk diperiksa menggunakan sinar-X dan memastikan tidak ada barang berbahaya yang dibawa. Kami mengantri lagi setelah masuk untuk membeli tiket. Setelah mendapatkan tiket, kami langsung menuju pintu yang tertera di dalam tiket tersebut. Karena pesawat datang kurang lebih setengah jam lagi, kami memutuskan untuk sarapan dulu di sekitar situ. Seusai sarapan, pesawat akan datang 20 menit lagi. Saya langsung buang air terlebih dahulu dan membaca sedikit majalah yang ada di atas meja tunggu. Akhirnya pesawat datang dan kami langsung memasuki pesawat sesuai nomor bangku yang tertera pada tiket.
           Ini juga adalah pengalaman pertama kali saya naik pesawat terbang setelah 14 tahun yang lalu. Ketika itu saya masih kecil dan belum merasakan apa-apa jika naik pesawat. Saat semua penumpang sudah memasuki pesawat, pramugari akan memandu apa saja yang harus dilakukan saat di dalam pesawat termasuk tentang keselamatan diri jika pesawat harus mendarat secara darurat. Saya begitu menikmati pemandangan dari dalam pesawat. Jujur, saya agak pusing ketika berada didalam pesawat, terutama saat turbolance. Namun lama-lama tidak merasakan pusing lagi karena sudah biasa. Kurang lebih perjalanan selama 1 jam, pesawat sudah mendarat di bandara Hang Nadim, Batam.
Sesampainya disana, ayah saya menelfon teman kerjanya untuk menjemput kami yang kebetulan juga tetangga saya dahulu saat saya masih kecil. Sekarang mereka tinggal di Batam. Teman ayah saya akhirnya datang, lalu kami menuju tempat tinggal tetangga kami dahulu itu untuk bersillahturahmi. Ternyata, Batam sekarang sudah makin modern. Terlihat dari lingkungan yang sudah mulai tertata rapi layaknya jalanan Jakarta, tapi di Batam masih bebas dari macet lalu banyak tanah yang kosong dan di kanan kiri jalan terdapat pepohonan yang berdiri rapi menyejukan mata. Saya senang dengan perkembangan kota disini. Kotanya masih indah dan asri. Sudah mulai modern mengikuti perkembangan zaman. Semoga saja tempat saya tinggal dahulu disana masih seperti dulu suasananya.
Sebelum ke rumah teman ayah saya, kami makan siang terlebih dahulu di mall sekitar. Setelah makan, kami ke rumah teman ayah saya. Sesampainya disana, kami bersillahturahmi satu sama lain. Cukup lama kami bersillahturahmi, setelah itu kami jalan-jalan ke jembatan Barelang lalu menuju pantai Timur. Sekitar setengah jam perjalanan, kami sampai di jembatan Barelang. Di jembatan Barelang, kami langsung berfoto-foto dengan tetangga kami dahulu itu dan foto diri sendiri. Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke pantai Timur. Pantai ini terbilang cukup jauh karena memakan waktu hingga 2 jam lebih. Kami pun sampai di pantai itu. Hanya sebentar kami disana, kami langsung pulang ke hotel yang sebelumnya sudah kami pesan.
Esoknya, kami mau melihat keadaan rumah dimana tempat saya tinggal dahulu. Saya kecewa berat. Ternyata keadaan rumah tempat kami dulu tinggal kondisinya sangat memprihatinkan sekali. Saat masuk ke dalam komplek itu, saya tidak yakin karena rumah-rumah disitu telah ditumbuhi ilalang-ilalang yang sudah tinggi. Tapi setelah saya diyakinkan oleh orang tua saya, saya baru sadar ternyata itu rumah saya dahulu tinggal. Sungguh mengenaskan, tempat yang saya kira tempat yang masih asri seperti dahulu ternyata sekarang telah berubah menjadi tempat yang menyeramkan karena sudah tidak terawat sama sekali. Halaman depan rumahnya saja sudah tertutupi ilalang yang lebat dan berbagai macam rumput-rumputan yang membuat saya bingung dimana rumah saya dahulu. Saat saya tanya kepada ayah saya, ternyata rumah ini sudah tidak ada yang mengurusnya saat kami tinggal di Jakarta.  Jadi, rumah ini terabaikan saat kami sudah tinggal di Jakarta. Sebenarnya saya kecewa tidak bisa melihat rumah ini seperti dulu, tapi saya tak mau kecewa berlama-lama gara-gara ini saja.
Setelah melihat rumah yang memprihatinkan itu, kami bergegas menuju kuburan orang-orang Vietnam pada zaman penjajahan dahulu. Jarak yang ditempuh dari rumah kami yang dulu itu sekitar 1 jam. Setelah sampai, kami melihat disekeliling banyak kuburan orang-orang Vietnam pada zaman penjajahan dahulu dan rumah-rumah bekas zaman dahulu. Kami menggunakan mobil untuk berkeliling tempat itu seperti tempat wisata Taman Safari. Selesai berkeliling melihat kuburan-kuburan Vietnam, kami pun menuju hotel yang sebelumnya kami sudah menginap, jadi kami mengambil 2 hari 2 malam. Tepat di malam itu pada tanggal 31 Desember 2012, dimana malam itu semua orang diseluruh Indonesia akan merayakan menjelang tahun baru ke 2013. Sebelum ke mall, saya dengan ayah saya melakukan pijat refleksi disekitar hotel. Kami pun menuju mall di sekitar hotel untuk makan malam dan melihat keadaan di dalam mall itu. Ternyata banyak mayoritas orang Cina di mall itu. Tak jarang juga ada menu makanan haram seperti babi. Puas mengunjungi mall, kami kembali ke hotel untuk beristirahat. Tiba di hotel, saya sudah ketinggalan menonton pertandingan sepakbola antara Everton melawan Chelsea saat itu. Akhirnya Chelsea menang 0-2 walau saya telat menontonnya. Sudah banyak kembang api diluncurkan di langit-langit Batam. Pemandangan yang sama seperti di Jakarta. Kami pun merayakan tahun baru 2013 di Batam.
Kami pun langsung menuju tempat mesh ayah kami di Pulau Bintan setelah check-out dari hotel. Taksi pun telah kami sewa untuk kesana. Untuk ke Bintan, kami harus menyebranginya dengan speed boat untuk menuju kesana. Hanya dengan waktu setengah jam, kami pun sampai di Pulau Bintan, tempat mesh ayah kami selama bekerja disini. Kami dijemput menggunakan mobil teman ayah saya untuk menuju mesh. Di pulau ini, keadaannya hampir sama dengan di Batam. Sekitar 1 jam lamanya, kami sampai di mesh ayah saya. Tempatnya terbilang sejuk dan adem karena dikelilingi berbagai tumbuhan yang hijau. Saya senang dengan lingkungan disini. Saya langsung berjalan-jalan di sekitar mesh ayah saya. Udaranya sejuk dan asri membuat saya betah jika tinggal disini, tidak seperti di Jakarta yang sudah tercampur berbagai macam polusi udara. Tapi disini tempatnya tidak strategis seperti di Jakarta. Membuat agak sulit ketika mencari macam-macam kebutuhan hidup.
Esok hari, kami diajak ke sebuah proyek pekerjaan ayah saya di sekitar mesh. Rencananya, tempat itu akan didirikan sebuah hotel lengkap dengan mall disebelahnya. Proyeknya cukup besar dengan tiang-tiang bangunan yang sudah sedikit terpasang. Setelah mengunjungi proyek ayah, kami menuju pantai yang adadi Bintan. Kurang lebih memakan waktu 1 jam, kami sampai di pantai. Saya senang sekali karena saya bisa memesan kerang rebus favorit saya disini dan meminum es kelapa segar di pinggir pantai. Nikmatnya hidup ini.... Seusai dari pantai, kami kembali ke mesh dan beristirahat karena besok kami sudah pulang ke Jakarta. Saya merasa sedikit janggal ketika sampai di mesh ayah saya karena ada satu mesh yang tidak terawat yang membuat saya merinding. Saya seperti melihat bayangan aneh. Kata adik saya yang bisa melihat seperti itu, ternyata adik saya juga merasakan bahwa di mesh itu memang benar ada “sesuatu” yang ganjil. Tak ingin terlalu berlama-lama, saya langsung bergegas menuju mesh dan tidur.
Pagi yang cerah saat kami akan pulang ke Jakarta. Saya sebenarnya masih ingin merasakan liburan lagi di pulau ini tapi berhubung cuma 4 hari kami disini dan besok saya sudah kuliah, kami memutuskan pulang ke Jakarta. Saya menyimpan satu kekecewaan yaitu tidak mengikuti praktikum akibat liburan ini, tetapi saya sangat senang bisa ke Batam lagi. Itulah pengalaman-pengalaman saya di Batam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar